Cerita ini
berlaku kalau tak salah sekitar aku berumur 13 tahun. Ketika itu aku masih
menuntut ilmu di salah sebuah sekolah menegah pertama di Tangerang. Ini cerita waktu aku menginap di rumah
sahabatku yang lumayan jauh dari tempat tinggalku. Aku memang sengaja menginap
karena ingin mengerjakan tugas sekolah bersamanya. Karena tugas kami sangat
banyak, maka kami putuskan untuk membagi rata tugas, aku mengerjakan bagian
pembukaan serta pendahuluan, sedangkan temanku mengerjakan bagian isi serta
penutup.
Kebetulan
sekali di rumah sahabatku memang tidak ada siapa-siapa, hanya sahabatku yang
bernama Mira dan aku. Karena orang tua Mira sedang pergi ke luar kota untuk
urusan pekerjaan yang sangat mendadak, maka dari itu Mira menyuruhku menginap
di rumahnya karena ia takut sekali jika tinggal hanya seorang diri. Kakak
perempuan mira pun tidak bisa menemani karena ada urusan kuliah yang harus di
urus di Bandung.
Waktu pun
cepat berlalu, aku yang datang sejak jam 11 pagi pun baru menyadari bahwa waktu
sekarang telah menunjukkan jam 10 malam, tak terasa sekali detik jam
berdentang, mungkin karena kami mengerjakan tugas tanpa melihat sekitar kami.
Sampai kami baru menyadari kalaau kita belum makan malam. Akhirnya Mira pun
ingin membelikan makanan keluar, mungkin tukang nasi goreng di seberang jalan
masih buka, ujarnya.
Aku pun
berkata kepada Mira ‘Kamu tidak apa-apa pergi keluar sendirian? Apa aku harus
menemani kamu?’ Mira pun berkata ‘Tidak usah Ismi, Aku bisa sendiri kok. Tidak
usah khawatir’ ia pun berjalan keluar sambil mengembangkan senyum sebelum
pergi. Siapa yang tidak khawatir kalau Mira pergi sendiri, aku kan sudah kenal
Mira sejak duduk di bangku SD, ia sangat takut kegelapan, sedangkan sekarang
kan sudah larut malam.
Aku bergegas
lari mengejar Mira untuk menyusul, tak lupa aku kunci dahulu pintu dan pagar
rumah Mira. Aku berlari sangat kencang, sepertinya saat itu aku baru pertama
kali berlari sekencang itu, aku takut terjadi apa-apa terhadap Mira. Aku kan
harus menjaga sahabatku dari bahaya apapun. Tetapi saat aku tiba di tukang nasi
goreng tempat Mira membeli, penjualnya bilang bahwa mira sudah pulang.
Aku pun mulai
mempercepat langkahku, firasatku mulai tidak enak, dadaku sesak mataku mulai
kabur penglihatannya, mungkin ini efek karena aku belum makan malam. Aku lihata
cahaya lampu jalan menyorot sesosok makhluk yang agak jauh berdiri agak sedikit
goyah pergerakannya. Setelah ku lihat dalam-dalam, ternyata itu Mira.
Di sisi jalan
satu lagi, ada mobil truk melaju sangat kencang ke hadapan sahabat baikku Mira.
Mataku terbelalak melihatnya, Mira hampir pingsan, ia akan jatuh di jalanan.
Tetapi badanku juga sudah tidak kuat berjalan lagi, aku sudah sangat pusing.
Akhirnya aku tetap berjalan pelan menuju Mira, aku ingin sekali menangkap Mira
agar tidak terjadi apa-apa terhadap Mira.
Aku berteriak
sangat keras memanggil namanya, karena ku pikir aku tidak akan bisa sampai ke
tempat Mira berpijak. ‘Miraaaaaaaa, awas ada mobil truk akan menabrakmu,
menyingkirlah’ teriakku sangat keras, Mira menoleh ke arahku dengan wajah yang
amat pucat, tetapi ia masih sempat menebar senyum kepadaku. Mira tak sempat
menyingkir dari maut itu, terlambat, nyawanya telah di ambil oleh sang khalik.
Dan aku ada di
hadapannya saat ia di cabut nyawanya, aku tak berdaya, aku tak dapat
menolongnya, kejadian yang tidak dapat kulupakan, aku melihat darah di jalanan
yang telah berceceran. Mira sahabatku telah tiada, aku segera melihat jasadnya.
Aku memeluknya, dia sudah tak bernyawa, penuh darah dan luka. Aku tak sanggup
menahan perih di dadaku, air mataku pun mengalir, badanku yang tadi sakit
sekarang menjadi semakin sakit, tapi ku yakin, Mira akan baik-baik di sana.
Itulah cerita
terseram yang ku miliki, aku tak memiliki cerita seram seperti cerita hantu,
tapi menurutku cerita terseram di hidupku adalah saat di tinggal oleh seorang
yang sangat kita sayangi, seorang yang berharga di hidup kita dan seorang yang
selalu mendampingi kita di saat apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar